Sabtu, 14 Maret 2015
Gerak Nafas
Nafas adalah mekanisme dari tubuh kita untuk mendapatkan oksigen dan mendistribusinya ke seluruh bagian tubuh kita. Tanpa bernafas mustahil kita atau seluruh makhluk akan hidup, menghirup oksigen tentu yang disediakan gratis oleh Sang Kuasa. Ada yang bernafas dengan mudah ada pula yang mengalami kesulitan baik itu atau karena sakit atau gangguan lainnya. Demikian juga hidup ini, ada yang hidupnya sulit ada yang mudah. Mudah dan sulit memang relatif, setiap orang memiliki pandangan masing-masing untuk hal ini. Kalau boleh, saya ingin mengukur dari hal yang yang semua orang mustahil jika tidak mendapatkannya. "Makan", ya saya mengukurnya dari mudah dan tidaknya memperoleh makanan. Bagaimana tidak, semua orang melakukan kegiatan jual-beli jasa-non jasa agar bisa makan, setelah itu baru muncul kebutuhan dengan skala prioritas yang berbeda. Ada yang begitu mudahnya memperoleh uang agar dapat memperoleh makanan, ada pula yang harus bekerja ekstra keras untuk bisa mendapatkan kebutuhan yang satu ini, dan ironis nya setelah bekerja keraspun pun masih belum mencukupinya.
Bagi kita yang beruntung, dengan mudah memperoleh informasi pekerjaan atau profesi apakah yang nantinya bisa menghasilkan bukan hanya untuk sekedar makan. Yang disayangkan adalah banyak profesi yang awal tujuannya mulia membantu, menolong dan melayani masyarakat berubah arah menjadi profesi yang dianggap bisa menghasilkan dan melupakan nilai-nilai mulia atau kebaikan pada awalnya. Hal ini sudah dianggap wajar, karena orang bilang jaman makin sulit, harus pandai-pandai menyiasatinya, yang penting tidak merugikan orang, perkara benar salah dikebelakangkan atau mudahnya perkara halal sudah pudar.
Lain halnya dengan saudara-saudara kita, yang harus mengeluarkan tenaga dan keringat, mereka harus berjalan jauh, dari daerah satu kedaerah lainnya, dibawah panas terik diterpa hujan dan diselimuti hawa dingin, hanya sekedar untuk makan. Buat mereka sederhana, berangkat mencari makan untuk dibawa pulang, jika mereka tidak keluar berarti lupakan makan. Mereka keluar menjadi pedagang, pemulung, petani, nelayan dan banyak lagi. Mereka ingin hidup layak, tapi seringkali makan jauh lebih penting dari hidup dengan layak atau tidak layak.
Profesi mereka jauh lebih mulia dari pada orang-orang pintar diluar sana yang beratapkan genting mahal, diselimuti sejuknya AC dan tidak tersengat teriknya matahari, tapi hidup dari kehidupan yang bukan sepenuhnya hak mereka yang sekedar mencari makan saja.
Bagi kita yang beruntung, dengan mudah memperoleh informasi pekerjaan atau profesi apakah yang nantinya bisa menghasilkan bukan hanya untuk sekedar makan. Yang disayangkan adalah banyak profesi yang awal tujuannya mulia membantu, menolong dan melayani masyarakat berubah arah menjadi profesi yang dianggap bisa menghasilkan dan melupakan nilai-nilai mulia atau kebaikan pada awalnya. Hal ini sudah dianggap wajar, karena orang bilang jaman makin sulit, harus pandai-pandai menyiasatinya, yang penting tidak merugikan orang, perkara benar salah dikebelakangkan atau mudahnya perkara halal sudah pudar.
Lain halnya dengan saudara-saudara kita, yang harus mengeluarkan tenaga dan keringat, mereka harus berjalan jauh, dari daerah satu kedaerah lainnya, dibawah panas terik diterpa hujan dan diselimuti hawa dingin, hanya sekedar untuk makan. Buat mereka sederhana, berangkat mencari makan untuk dibawa pulang, jika mereka tidak keluar berarti lupakan makan. Mereka keluar menjadi pedagang, pemulung, petani, nelayan dan banyak lagi. Mereka ingin hidup layak, tapi seringkali makan jauh lebih penting dari hidup dengan layak atau tidak layak.
Profesi mereka jauh lebih mulia dari pada orang-orang pintar diluar sana yang beratapkan genting mahal, diselimuti sejuknya AC dan tidak tersengat teriknya matahari, tapi hidup dari kehidupan yang bukan sepenuhnya hak mereka yang sekedar mencari makan saja.
Bergerak dan bergerak untuk tetap bernafas sampai nafas terhenti dan tak bergerak